Dengan kemajuan teknologi, lanjut dia, keterlibatan sosial tidak wajib berlangsung dalam konteks offline karena bisa dilakukan secara online. Dia mengingatkan jangan sampai lansia merasa disisihkan dan tidak dipedulikan karena berpotensi berdampak fisik dan psikis bagi mereka.
"Saat ini kita memiliki zoom meeting seperti sekarang ini. Ada Whatsapp, video call dan teknologi yang memungkinkan kita memiliki koneksi sosial dan emosional dengan lansia yang kita cintai," katanya.
Data Badan Pusat statistik BPS tahun 2021 menunjukkan hanya 46,79 persen lansia yang menggunakan telepon seluler. Dari persentasi itu, hanya 31,48 persen yang menguasai telepon seluler. Mengacu pada data BPS itu, penting untuk meningkatkan pemahanam lansia pada teknologi.
"Jadi PR kita bersama adalah mari kita tingkatkan pemahaman tentang teknologi. Sudah saatnya di era digital, lansia melek teknologi agar komonikasi, sosialisasi dan informasi tetap bisa berjalan dengan baik. Lansia tetap update dengan informasi penting dan bermanfaat bagi mereka," tegasnya.
Peran penting keluarga terhadap lansia
Prof. Ari mengatakan proses penuaan yang sehat harus menjadi perhatian. Beberapa lansia, lanjut dia, rapuh dan renta terhadap gejala penyakitnya yang terkadang tidak mudah dalam diagnosis dan penanganannya.
Dia menyarankan keluarga terus melakukan berbagai upaya untuk menjaga kesehatan dan memenuhi kebutuhan fisik, mental, psikologis dan sosial lansia. Keluarga dan pelaku rawat dapat terus-menerus belajar bagaimana mereka bisa merawat lansia dengan cara yang baik dan benar.
"Kalau lansia tinggal bersama keluarga sebaiknya mereka juga diperiksakan kondisi kesehatannya secara rutin," sarannya.
Selain itu, keluarga perlu mendorong lansia untuk tetap bisa aktif melakukan aktivitas fisik sesuai kondisi mereka dan diusahakan secara rutin. Untuk pengawasan kesehatan bisa dilakukan dokter dan keluarga.
"Tetap beraktivitas fisik dan psikis untuk memperlambat penurunan daya ingat, mengonsumsi makanan bergizi dan minum yang cukup agar mereka tetap sehat. Jangan lupa tidur cukup, konsumsi obat rutin kalau memang sudah mengonsumsi obat," jelasnya.
Saat ini demensia mulai banyak dihadapi lansia. Kerena itu, penting bagi keluarga mengajak lansia untuk terus belajar hal-hal baru itu agar fungsi kognitif bisa tetap terjaga.
Dia menambahkan jumlah lansia saat ini 29,3 juta jiwa dan akan terus bertambah. Karena itu, Pergemi aktif memberikan pelatihan yang berhubungan dengan lansia baik secara luring sebelum pandemi maupun daring selama pandemi. Pergemi telah memberikan berbagai pelatihan untuk rumah sakit maupun puskesmas dan calon cargiver.